Nalom mengaku telah membeli saham TMPI sejak 2017 sebelum saham ini disuspensi. Saat itu dia tertarik membelinya karena perusahaan itu lantaran TMPI mengumumkan akan menggarap tambang emas di Sumatera Barat. "Dua minggu sebelum suspensi saya beli, saat itu harganya sekitar Rp 70-an. Kita baca ada harapan di tambang emasnya. Tapi pada 2018 kan tambangnya dibakar massa. Karena kan posisinya dekat dengan tambang rakyat. Padahal sudah bangun jalan, alat berat sudah ada," tuturnya kepada detikcom, Senin (11/11/2019)

Bagi investor kelas kakap atau sudah berpengalaman, tentu pergerakan indeks selalu bisa diantisipasi dengan melihat fundamental ekonomi dan sentimen yang berlaku. Tapi investor baru masuk pasar modal tentu akan sulit untuk memprediksi pergerakan indeks ataupun saham jika tidak memiliki pengetahuan. Itu sebabnya, banyak investor baru langsung syok lantaran harga sahamnya tiba-tiba ambles akibat salah perhitungan.

Rasanya cukup mengerikan. Karena saya pernah mengalaminya. Membeli saham perusahaan properti atas rekomendasi teman yang bekerja di perusahaan sekuritas dengan target tertentu. Kemudian saya terlena dengan kesibukan dan lupa, eh harga sahamnya turun. Sayapun mengalaim potential loss jutaan.

Saya mengalami kerugian saham tahun 1998 krisis moneter. pengalaman masih cetek, mulai trading saham thn 1995. investasi produktif saya zaman itu hanyalah saham saja. tidak punya property lain selain rumah tinggal. ternyata kerugian saham itu terjadi jika saham itu turun dari harga kita beli dan kemudian kita jual. itulah yg disebut RUGI. dan memang saya akhirnya JUAL karena Butuh Uang. dan saya jual semua denga harga murah. tercatatlah saya merugi. Bisnis yg lain juga remuk, tinggal kerja kantor makan gaji yg masih aman. sambil belajar lagi saya tinggalkan dunia saham.

Besar ya? Bagi saya 10 juta itu besar. Akhir tahun lalu, saya diberikan pemahaman tentang investasi saham untuk jangka panjang. Melalui kawan yang telah berkecimpung dalam pemberitaan saham, akhirnya saya memutuskan "in". BJBR menjadi andalan saya karena sempet jadi daily trader. Di hold lah BJBR. Ada uang lagi di awal Corona, Maret 2020. 40an lah. Tanpa analisis fundamental, tanpa lihat chart belilah PTBA dan ANTM. Yakin batubara naik, Deviden di bulan 5–6, pada tahun ini. ANTM 710, avg down sampe 620. Dan ternyata ga balik2. Kan sue. Porto BJBR -34%. PTBA 2600-an, Avg down 2230, karena sempet nyentuh dan beli di 18xx. Itupun masih -15% Dari dana 40-an juta, potentialnya hampir minus 10 juta. Ya itu potential. Tibalah waktu butuh duit. Ini yang bikin emosi, cutlosslah beberapa saham. Ada kali minusnya sejutaan. Modal tinggal 36 juta, potential lossnya sampe 8 juta. Kan bangke.